Dipalak Warga Bumi
Bener aja dua hari yang lalu aku nggak tidur karena matanya belum
merem. Ditambah jemari tangan yang terus mencet-mencet tombol di salah satu
barang elektronik. Aduh, revisi skripsinya lumayan pusing, meskipun sedikit.
Yang banyak itu revisi hidup. Tiap hari, harus diperbaiki. Tapi aku nggak tidur
bukan karena ngerjain revisi. Kan tadi aku udah bilang, aku nggak tidur
karena aku belum merem, ditambah harus baca jurnal internasional yang berkaitan dengan dua variabel skripsi aku. Selesai! 18 jurnal dengan bahasa aneh yang
bahasanya sama dengan bahasa lagu yang dinyanyikan oleh The Doors! Asik sekali!
Dua kali! Tiga kali! Sampe berkali-kali! Ih jurnalnya plagiat, bahasanya sama
kaya bahasa lagunya The Doors!
Kemarin pagi aku tidur lagi karena si matahari malu-malu buat
keluar karena dia nggak pake baju, padahal nggak akan ada yang mau liat matahari.
Silau! Ngantuk ih! Cuman tidur sejam. Dua jam. Tiga jam. Empat jam. Lima jam.
Enam jam. Tujuh jam. Abis itu aku ngapain ya? Lupa. Diinget-inget juga tetep
lupa. Mandi gitu? Engga deng mandi mah siang sebelum dzuhur. Habis dzuhur aku
pergi ke kampus untuk bertemu dengan orang-orang yang berada di dalam perpus yang harus menyebabkan sebelumnya aku harus naik ojek terlebih dahulu
untuk bisa berada di atas angkot. Lihat
jam entah benar atau tidak, jam 13 menit 04 lebih 27 detik, sampailah di tempat
tujuan awal! Jari-jari tangan mulai mencet-mencet barang canggih lagi, dan menyebabkan
muncul banyak huruf.
“Dot, dimana? Hayu (ayo) ketemu!”, si Manin line aku. “HAYU! (AYO!)”, ih ko jari aku yang jawab? Udah jelas-jelas si Manin nanyanya pake panggilan “Dot”. Agresif!
Sekitar jam 3 aku berangkat dari kampus. Aku nungguin di Secapa
AD, Hegarmanah,
“Hai! Leilly.”
“Sisca”.Si Manin ini bawa temennya, Sisca. Aku tadi kenalan dan langsung akrab. Di mobil kita bertiga ketawa-ketawa, padahal aku bingung yang lucu itu apa, lupa. Kaki kanannya Manin mendadak nginjek rem, ketika dia membelokkan mobil Yaris berwarna putih tulang dan menyebabkan kita semua harus turun dari mobil karena sudah sampai di Kopi Progo yang terletak di Jl. Banda, Bandung.
Kita bertiga mulai membuka topik entah
topik apa karena macam-macam rupanya. Tapi aku ingat, kita tidak membahas topik
saya bundar. Aneh, mereka ini jomblo juga, tapi mereka berdua nawar-nawarin banyak cowo buat aku.
Kenapa mereka nggak nawarin makanan aja ke aku, pastilah sudah aku mau.
“Si ini baik loh, ganteng cocok sama kamu.“
"Si ini ganteng loh, mau ga?”
“Sama si ini aja mau ga? Pinter pisan si ieu (pinter banget si ini)”.
Nggak mau ah males. Nyobain Wifi.id tapi harus kasih uang dulu 5500. Tapi, lumayan wifi-nya
kenceng, apalagi liat abang-abang berewokan yang berada tepat di arah jarum jam 11
dari posisi aku duduk. Nggak kuat, aku nyerah! Coba aja mereka nawarin abang berewok
yang itu, aku langsung beli materai buat ditempel di perjanjian mau sama si abang ewok gemas. Makanannya ko abis?
Ternyata dikunyah sama kita bertiga.
“Hayu lah ke gramed.”Sisca itu yang bicara, bukan abang berewok. Loh ngapain si Manin ngasih uang 3000 ke laki-laki di luar? Tapi untungnya laki-laki itu bisa disogok oleh uang kertas 2000 satu, dan uang receh 500 dua, yang menyebabkan kita bisa kabur dari disimpannya mobil disana. Di Gramed banyak mobil, bukan dijual, tapi nggak tau mobilnya pada berhenti semua disitu, tapi orangnya nggak ada. Pada kemana sih? Ih si Manin malah ikut-ikutan berhenti! Gimana sih si Manin, masa nanti kita harus dipalak lagi pas keluar dari Gramed. Dipalak nya sama teteh-teteh lagi!
Ko aku sama Sisca ada di toilet? Soalnya pengen pipis, kebelet.
Liat-liat banyak sekali buku disana yang menyebabkan secara tidak sadar aku
menghampiri buku “Drunken Mama” yang ditulis oleh salah satu penulis
favorite-ku di dunia. SURAYAH! Tapi aku harus dipalak dulu sama si Surayah sebanyak 43.000, agar bisa
membaca buku itu. Padahal aku pinjem aja ke Surayah, nanti aku kembaliin
bukunya. Tapi nggak, kata Surayah, dia tetep malak. Karena aku baik, aku kasih
uang 43.000, kembaliannya aku suruh simpen aja. Sisca pulang duluan karena
pesan yang dia dapat di hp nya, ibunya menginginkan Roti Boy. Aku
sama si Manin pulang juga dan bener aja dipalak teteh-teteh biar bisa lolos
dari tempat itu. Aku dianterin sampe Cipaganti sama si Manin, terus dianter sama
bapak-bapak sampe Setiabudhi dan lagi-lagi aku dipalak. Hari ini aku dipalak sama banyak orang, tapi aku nggak marah. Karena aku ingin dipalak. Alhamdulillah aku sampai
rumah dengan keadaan selamat. Terimakasih Manin dan Sisca atas waktunya, juga Manin terimakasih sudah berat-berat membawa Sisca yang menyebabkan dia mau jadi teman baru aku untuk nantinya menjadi temen lama. Alhamdulillah. Dan sekarang lagi-lagi aku dipalak oleh mata untuk tidur, sampe
pagi, karena itu sudah malam, jam 9 yang entah itu kurang atau lebih, kalau lebih
simpan saja kembaliannya, kalau kurang aku ngutang dulu. Dadah.
Bandung,
yang sedang berada di tanggal 5 November 2rb 15.
Comments
Post a Comment